SEORANG KARYAWAN PEREMPUAN MELAPORKAN ATASANNYA KE PIHAK BERWAJIB ATAS DUGAAN KEKERASAN SEKSUAL
“Tangerang, Seorang karyawan perempuan melaporkan atasannya ke Polres atas dugaan pelecehan dan kekerasan seksual yang dilakukan secara berulang. Berdasarkan laporan yang disampaikan ke pihak kepolisian, tindakan pelaku diduga telah terjadi sejak tahun 2022 hingga pertengahan tahun 2024. Sepanjang tindakan pelecehan hingga kekerasan Korban beberapa kali mengajukan resign tapi Pelaku selalu abuse psikologis Korban dan dijebak dengan pengakuan Pelaku bahwa:
1. Pelaku membutuhkan korban baik secara pribadi maupun sebagai orang yg punya jabatan significant dan strategis di perusahaan. (Jalannya kegiatan bisnis harus direview o/ korban u/ bisa berjalan sesuai GCG)
2. dijebak! Pengakuan Pelaku bahwa sudah tidak punya pacar lagi, akan dinikahi, dan janji2 romansa.
Kronologi yang diberikan korban kepada pihak kepolisian mengungkapkan serangkaian tindakan tak pantas yang dilakukan oleh pelaku. Awalnya, pelaku diduga melakukan sentuhan fisik yang tidak diinginkan di lingkungan kerja. Tindakan ini kemudian berkembang menjadi pelecehan yang lebih serius, termasuk tindakan tidak senonoh di dalam mobil. Pelaku juga diduga beberapa kali melakukan panggilan video call yang tidak pantas, bahkan melakukan penyerangan fisik.
Pihak kepolisian menyatakan telah mengirimkan surat panggilan kepada terlapor. Namun, surat panggilan tersebut diterima terlapor melalui kuasa hukumnya, yang beralasan terlapor berhalangan hadir.
“Kami sudah menerima laporan dan akan segera melakukan penyelidikan. Kami akan memproses kasus ini sesuai dengan UU TPKS untuk memastikan keadilan bagi korban,” ujar salah satu perwakilan kepolisian.
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi seluruh pihak bahwa pelecehan dan kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk di tempat kerja. Korban didorong untuk tidak takut melapor dan mencari bantuan hukum atau dukungan psikologis jika mengalami hal serupa.”
—
Kronologi
Pelecehan dan kekerasan yang saya alami sejak tahun 2022 hingga pertengahan 2024, dan saya harus jujur, ini merusak segalanya.
Awalnya, hubungan saya dengan atasan—sebut saja Pelaku—adalah murni profesional. Saya memiliki posisi yang cukup signifikan dan strategis, di mana Pelaku seringkali mengatakan bahwa jalannya kegiatan bisnis harus direview oleh saya agar sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Namun, di balik itu, ia mulai membangun jebakan.
Pelaku berulang kali meyakinkan saya bahwa ia sangat membutuhkan saya, bukan hanya secara profesional, tapi juga secara pribadi. Ia menjebak saya dengan serangkaian pengakuan dan janji romansa. Ia mengaku sudah tidak punya pacar, berjanji akan menikahi saya, dan menabur janji-janji manis lainnya. Jerat psikologis ini membuat saya merasa terikat dan, celakanya, takut untuk menolak atau pergi. Berkali-kali saya mencoba mengajukan resign, tapi setiap kali saya melakukannya, Pelaku selalu melakukan pelecehan psikologis dan mengingatkan saya akan betapa pentingnya saya bagi perusahaan dan dirinya, sehingga saya merasa terjebak dan tidak berdaya.
Seiring waktu, sentuhan-sentuhan yang tidak diinginkan di kantor mulai terjadi. Ini adalah permulaan yang licik. Saya hanya bisa mengingat secara tepat untuk waktunya. Namun sebenarnya perlakukan jahat dia lebih dari waktu/ bulan/ timeline yang sudah semampu saya ingat sebagai berikut:
November 2023: Sentuhan Pertama di Ruang Kerja
Titik balik yang paling menyakitkan adalah pada November 2023 sekitar pukul 16.00. Untuk pertama kalinya, Pelaku melakukan sentuhan tubuh yang tidak diinginkan dan mencium saya secara paksa di ruang kerja. Ini adalah pelanggaran batas yang paling jelas dan membuat saya gemetar.
Desember 2023: Eskalasi Mengerikan di Dalam Mobil
Tak lama setelah itu, di bulan Desember 2023 sekitar pukul 20.00, peristiwa yang lebih parah terjadi. Saat itu kami berada di daerah Goldfinch, di dalam mobil Pelaku, saat ia meminta saya menemaninya meeting online. Di tengah meeting itu, ia mulai bertindak di luar batas.
Pelaku menyentuh payudara saya. Kemudian, ia menyuruh saya membuka baju dan meminta saya menunjukkan payudara saya. Tidak berhenti di situ, ia juga memijat-mijat alat kelamin saya, lalu memaksa saya memegang alat genitalnya dan memainkannya.
Puncaknya, ia memegang leher saya dengan sangat keras sambil mengancam dengan pertanyaan, “Kamu punya siapa? Jawab punya siapa?” Perasaan terancam dan takut saat itu tidak bisa saya gambarkan. Itu adalah pengalaman yang sangat traumatis.
Awal 2024: Pelecehan Berlanjut Lewat Panggilan dan di Kantor
Memasuki tahun 2024, pola pelecehan berubah dan menjadi lebih sering. Pada tanggal 25 Januari 2024, Pelaku melakukan video call yang tidak senonoh. Ia menunjukkan alat kelaminnya kepada saya dan menyuruh saya membuka baju serta menunjukkan payudara saya.
Bahkan di tempat kerja, dari Januari hingga Maret 2024, tindakan pelecehan fisik terus berlanjut. Pelaku menyentuh payudara saya berulang kali di ruang kerja. Selain itu, ia juga meminta saya untuk melakukan foto telanjang di toilet pada saat jam kerja berlangsung. Permintaan itu menunjukkan betapa tidak ada batasan baginya.
April 2024: Kekerasan Seksual di Ruangan BOD
Pada bulan April 2024 sekitar pukul 17.00, kekerasan seksual memuncak. Peristiwa ini terjadi di Ruangan BOD Lantai 4. Di sana, Pelaku berulang kali melakukan pelecehan seksual yang sangat keji.
Ia membuka baju saya, kemudian menyentuh alat kelamin saya dengan jarinya. Bokong saya juga disentuh dengan jarinya. Saya dipaksa untuk memegang dan mencium alat kelaminnya. Ia kemudian menaruh tubuh saya di atas meja kerja, membuka baju saya, lalu mencubit payudara saya selama beberapa menit.
Saya menangis, saya memohon, saya berkata “Sakit, sudah cukup,” namun Pelaku tetap melakukan perbuatan bejatnya tanpa peduli. Itu adalah serangan fisik dan mental yang membuat saya merasa benar-benar hancur.
Juni 2024: Video Call Seksual Paksa
Kejadian terakhir yang saya laporkan terjadi pada 15 Juni 2024. Di luar jam kerja, Pelaku kembali melakukan video call seks.
Ia menyuruh saya membuka baju dan pakaian dalam. Ia memaksa saya memperlihatkan payudara dan meminta saya memainkannya. Ia memaksa saya telanjang, meminta saya memperlihatkan alat kelamin, dan bahkan memaksa saya untuk memegang alat kelamin saya sendiri. Setelah semua itu, Pelaku kemudian memperlihatkan alat kelaminnya kepada saya.
semua tindakan ini—mulai dari sentuhan yang tidak diinginkan, pelecehan verbal, ancaman psikologis, hingga kekerasan seksual—terjadi secara berulang dan terstruktur. Ini bukan hanya masalah pekerjaan; ini adalah penyalahgunaan kekuasaan yang merusak hidup saya. Saya berharap dengan kronologi detail ini, kita bisa menuntut keadilan seadil-adilnya.
Diceritakan oleh FM