Awalnya saya tiba-tiba di DM melalui platform LinkedIn oleh CEO, beliau menawarkan peluang pekerjaan di Jakarta. Pertamanya saya cuekin dan tidak membalas DM tersebut. Namun, keesok harinya, tiba-tiba CEO tersebut mengirimkan pesan melalui WhatsApp dan mengatakan bahwa sudah melihat lamaran saya di perusahaannya dan diundang untuk interview online. Dari chat tersebut saya baru sadar dan teringat bahwa saya pernah melamar di perusahaannya sebagai Digital Marketing dan PA.
Hari itu juga, saya interview dengan beliau melalui Google Meet dan ada bagian yang membuat saya tidak nyaman. Namun saya hiraukan.
Saya tetap positive thinking dan senang akhirnya diterima bekerja. Karena saya anak rantau, saya meminta untuk mempersiapkan perpindahan saya ke Jakarta akhirnya diijinkan oleh si CEO ini.
Saat sudah mulai bekerja, awalnya semua berjalan seperti biasa dan saya tidak sering bertemu dengan CEO ini di kantor. Mungkin saja terjadi karena bersamaan dengan PPKM dan kantor saya dibatasi.
Saya menceritakan pengalaman saya ini bukan karena saya mendapatkan pelecehan seksual secara fisik, namun saya ingin menekankan attitude CEO ini yang memperlakukan saya sebagai staff yang seperti…
Ketika saya menjadi PA, tapi pekerjaan saya sering kali diminta untuk membelikan kopi, membantu pekerjaan staff lain, dan sering kali tidak jelas. Saat itu saya masih fresh graduate, belum mempunyai pengalaman apapun, dan tidak tahu harus berbuat apa.
Saat bekerja, saya tidak diberikan arahan apapun, benar-benar otodidak, mengerjakan ini dan itu sendiri. Syukurlah, kemudian saya dipindahkan ke BD di anak perusahaan tersebut. Waktu itu saya sedikit lega karena saya tidak lagi in touch secara langsung dengan CEO ini. Saya bertemu banyak teman-teman baru dan mendapatkan informasi seberapa bejatnya CEO ini. Saya tidak ingin spill nama teman-teman saya karena bukan saya yang mengalaminya.
Ketika semua staff dari anak perusahaan banyak yang mengundurkan diri, tertinggallah saya sebagai BD setelah itu CEO ini merekrut 200 anak magang yang TIDAK DIBAYAR sama sekali.
Saya mengerjakan pekerjaan staff-staff yang resign, mulai dari content, BD, design, hingga media sosial. Namun saat itu, saya tetap kena marah dan dia bilang bahwa saya tidak becus. Padahal saya sudah menghandle semua pekerjaan hingga saya merasa burn out.
Saya juga pernah dikatain “idiot”.
Di hari terakhir, saya ingat sekali ketika WfH, dia meminta saya untuk datang ke apartemen CEO ini dan untungnya saya tidak sendirian, ada beberapa staff lainnya. Tiba-tiba saya diminta untuk jadi HR di perusahaan tersebut. Masa saya dipindah-pindahkan dari PA, ke BD, lalu ke HR..
Saya diminta untuk ke apartemen si CEO ini setiap hari, untungnya langsung saya tolak. Saat saya tolak, raut muka CEO ini langsung tidak enak, dia marah, dan langsung memecat saya. Langsung saya keluar dari tempat tersebut dan menangis selama di jalan.
Saya menangis bukan karena saya dipecat, saya juga tidak peduli jika dia menjelek-jelekkan saya selama saya bekerja. Saya sangat menyayangkan bahwa saya sudah jauh-jauh merantau ke Jakarta namun malah diperlakukan seperti itu dan langsung dipecat karena saya menolak permintaan CEO ini.
Sebenarnya, saya merasa bingung ingin ke speak up ke siapa ketika saya bekerja di sana karena banyak staff di sana yang pura-pura tutup telinga. Namun saya merasa semua perbuatan buruk si CEO ini harus diketahui oleh semua orang agar tidak ada lagi korban lainnya yang terjebak.
Saya berharap semoga si CEO ini jera dan tidak mengulangi perbuatan bejatnya.
Diceritakan oleh F.