Modern Slavery: kesenjangan tak berujung

Di era modern ini, istilah perbudakan menjadi sesuatu yang aneh kedengarannya. Bagaimana mungkin hal tersebut terjadi dalam era yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Perbudakan sendiri berawal di Amerika Utara awal abad ke-16 dan menyebar luas ke seluruh Amerika. Perbudakan (slavery) identik dengan perlakuan pada era penjajahan antara kelompok penguasa dengan yang terjajah; kelompok mayoritas terhadap minoritas, atau yang kuat terhadap yang lemah. 

Konsep perbudakan terjadi karena adanya ketidaksetaraan (inequality) antara dua kelompok. Kelompok yang satu adalah yang memiliki power atau kontrol dan kelompok yang lain adalah yang kekurangan dan membutuhkan uang atau sumber daya dari kelompok pertama. Hal ini selaras dengan konsep diskriminasi, dimana pihak yang didiskriminasikan adalah kelompok yang tidak berdaya dan tidak mampu melakukan perlawanan. Pada kenyataannya, perbudakan tersebut masih ada saat ini; karena konsep kesenjangan. 

Perbudakan modern sendiri tidak berbeda jauh dengan perbudakan jaman dahulu. Perbudakan ini juga melakukan eksploitasi pada manusia untuk kepentingan pribadi atau komersial. Konsep ini mungkin tidak terlalu tampak dengan jelas, bahkan terkadang tidak dilihat sebagai perbudakan. Orang yang diperbudak pada dasarnya bekerja seperti orang pada umumnya, memiliki pekerjaan normal. Mereka membuat pakaian di usaha konveksi, membuat makanan, bekerja di pabrik, atau menjadi pembantu rumah tangga. Pada kenyataannya para pekerja tersebut mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Mereka cenderung dikontrol dan kerap mendapatkan kekerasan, tidak mendapatkan upah yang layak, mendapatkan ancaman seperti akan dideportasi (untuk pekerja asing), atau dianggap berhutang sebagai silih atas pekerjaan yang mereka dapatkan. 

Siapa sajakah orang yang bisa terperangkap dalam perbudakan modern? Perempuan dan anak-anak dari keluarga marjinal sangat rentan terhadap perlakuan ini. Mereka kerap dijadikan pekerja seks komersial, diperjualbelikan, menjadi buruh anak, bahkan dijadikan jaminan hutang. Mengapa orang-orang tersebut tetap terperangkap dalam perbudakan? Banyak dari mereka hidup dalam kemiskinan dan tidak memiliki pendidikan yang layak. Mereka harus berjuang untuk hidup mereka dan anak-anak. Di satu sisi, mereka juga tidak memiliki ide atau rencana apapun tanpa pekerjaan tersebut. Mereka yang kerap terperangkap pada dasarnya memang individu yang rentan terhadap penipuan; manipulasi. Mereka tidak berdaya untuk merubah keadaan mereka. 

Sebagai orang di luar lingkungan mereka, kita kerap tidak memikirkan nasib pekerja ini, bahkan tidak bisa menjangkau mereka. Banyak kebijakan yang juga tidak melindungi nasib yang menimpa individu yang terperangkap perbudakan modern ini. Pada dasarnya selama kesenjangan masih ada, banyak yang terperangkap dalam perbudakan ini. Bagaimana cara menolong mereka mereka juga membutuhkan proses yang panjang. Bisa dimulai dengan memberikan kesempatan pada kelompok marjinal untuk mendapatkan pendidikan, mengajak para pengambil kebijakan untuk memperhatikan nasib mereka, melakukan psikoedukasi, bahkan membantu memberdayakan mereka. 

Salah satu social entrepreneur yang membantu memutus mata rantai perbudakan modern adalah Ukke Kosasih yang mendirikan Circa Handmade. Circa ini adalah komunitas yang memproduksi boneka di daerah Cihanjuang. Ukke melihat bahwa banyak perempuan di daerah tersebut dinikahkan pada usia muda untuk meringankan ekonomi keluarga. Mereka juga kerap mendapat perlakuan tidak baik dari suami mereka dan juga harus putus sekolah di usia sangat muda. Dengan adanya komunitas tersebut, para perempuan tersebut mendapatkan penghasilan layak, dapat hidup mandiri dan mendapatkan keterampilan baru. Mereka juga kerap mendapatkan pelatihan dari berbagai organisasi dan LSM. Langkah yang diambil Mbak Ukke juga sudah diikuti oleh beberapa social entrepreneur lain.  Di bidang industri sudah banyak perusahaan yang membayar para petani dengan harga layak dan menolak eksploitasi anak dan perempuan. 

Dengan adanya fakta ini kita mengetahui bahwa ada juga individu yang peduli dan mau mengusahakan perubahan bagi kaum marjinal ini dan hal ini harus diusahakan terus. Apa yang dilakukan mereka memberikan hidup baru bagi para korban perbudakan tersebut. Perubahan ini membuat individu berdaya dan merdeka. Mereka juga bisa menjadi manusia yang berfungsi dengan baik. 

 

Ditulis oleh: Clara Moningka – Universitas Pembangunan Jaya

 

Kirim Komentar

*Please complete all fields correctly

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Artikel Lainnya