“Dari 10 kursi di dunia literatur, perempuan hanya mendapatkan 1 kursi dan kita harus berebut untuk kursi itu!”
Rain Chudori adalah seorang perempuan muda yang berprofesi sebagai penulis, kurator dan juga aktris. Setelah sukses menerbitkan sejumlah buku, Rain melanjutkan perjalanannya dengan mendirikan Comma Books, sebuah divisi penerbitan di bawah Penerbit KPG. Melalui Comma Books, Rain berupaya meningkatkan keterlibatan dan keterwakilan perempuan serta kelompok minoritas di dunia literasi. Kepada Tim Never Okay Project, Rain berbagi tentang pengalamannya terkait diskriminasi gender di dunia kerja dan pandangannya terhadap isu pelecehan seksual di tempat kerja.
Dalam menjalani profesinya, Rain mengaku memiliki hak istimewa untuk memilih rekan dan membangun lingkungan kerjanya. Walaupun demikian, sebagai seorang penulis muda perempuan, diskriminasi masih kerap ia alami. Rain berpendapat, sekeras apapun perempuan menorehkan tintanya di dunia literasi Indonesia, tetap yang dikanonkan adalah penulis laki-laki. Ketidak-seimbangan ini sangat disayangkan oleh Rain yang ingin terus berkarya dan mendukung penulis-penulis perempuan dan kelompok minoritas (LGBTQA+).

Sebagai seorang penulis muda perempuan, diskriminasi masih kerap ia alami.
Mengenai pelecehan seksual di tempat kerja. Rain sangat menyetujui bahwa diperlukan sebuah standar prosedur yang menjelaskan “do’s” and “don’ts” dalam berinteraksi antar sesama pekerja. Karena hidup sebagai seorang perempuan saja terkadang sudah sulit, apalagi jika harus dihantui rasa tidak aman di lingkungan kerja.
Walaupun dunia literasi Indonesia masih didominasi oleh kanon-kanon laki-laki, Rain percaya suatu hari nanti perempuan akan mendapatkan tempat dan kesempatan yang lebih adil, tentu diikuti dengan terciptanya tempat kerja yang nyaman bagi pekerja perempuan. Rain berterima kasih karena saat ini sudah banyak ruang-ruang yang dibuka untuk perempuan dapat saling membantu mengembangkan karya dalam dunia literatur. Harapan Rain adalah agar ruang tersebut dapat menjadi semakin besar agar penulis perempuan tidak lagi disakiti, dan bisa melawan dengan menciptakan sistem yang lebih baik dalam industri.