Sabtu (9/8), diadakan NOBAR NOP #2 (Nongkrong Bareng Never Okay Project), sebuah seri diskusi daring bertemakan pelecehan seksual di berbagai sektor industri. Episode kedua ini membahas tentang pelecehan seksual di Industri Film. Narasumber yang hadir di NOBAR ini ialah Adrian Jonathan Pasaribu dari Cinemapoetica; Mian Tiara, seorang aktris; dan Vregina dari Never Okay Project. Zeni Lestari hadir pula sebagai moderator.
Industri yang tidak mengenal siang ataupun malam demi mengejar target tayang sebuah script yang harus segera dituntaskan. Terdiri dari berbagai macam komunitas dan kreatifitas. Pelakon yang kita lihat di layar kaca nyatanya masih harus bermimikri pula di belakang kamera ketika menjadi korban pelecehan seksual demi tercapainya sebuah kepentingan.
Korban Relasi Kuasa
“Kalau lo mau sutradara (terkenal) itu, lo harus nemenin gue malam ini.”, keluhan yang sering diceritakan penyintas kepada Adrian. Pada umumnya, anak baru atau relawan kerap dijadikan sasaran empuk para pelaku pelecehan seksual. Anak baru dianggap lengah, mudah dikelabui, dan selalu nurut. Stigma ini yang akhirnya membulatkan niat para atasan untuk memanfaatkan keadaan.
Lalu, Tiara menceritakan pengalaman pribadinya, bagaimana motif yang dilakukan para pelaku sangatlah halus. “Diawali pada saat reading script, pelaku bersikap ramah dan lama kelamaan kita jadi open, dia pun perlahan mendekati kita, dan akhirnya berbagai macam pelecehan seksual yang ia lakukan dianggap hal yang biasa.” ungkap aktor yang sudah terjun selama 2 tahun di industri film.
Vre menambahkan, pelecehan di industri film sudah terjadi bahkan pada saat pra produksi. Dahulu, pada saat Vre magang di salah satu agensi, suatu kali ia meeting dengan investor dan produser. Sejak meeting dimulai hingga berakhir, sang investor tak kunjung berhenti menggoda-godanya. Ia hanya bisa diam karena merasa ‘anak bawang’ yang tidak pantas mengeluh.
Ruang Cerita Penyintas
Adrian dan Tiara mengakui bahwasanya belum ada ruang khusus di industri film di mana penyintas dapat dengan tenang bercerita. “Di industri film hanya bicara tentang standar operasional teknis aja, tidak ada peraturan yang mengikat jika ada pelecehan seksual”, tegas Adrian. Tiara mengatakan bahwa banyak korban yang tidak cerita karena malu dan takut di judge, malahan korban yang mengintrospeksi diri kenapa ia bisa dilecehkan. Pemikiran-pemikiran ini yang menghambat pemulihan diri dan juga kesadaran para pelaku.
Beruntungnya, sekarang banyak komunitas yang sudah berani melangkah dan menyuarakan tentang pemberantasan pelecehan seksual di dunia industri, seperti Never Okay Project. Tiara yakin bahwa “riak kecil mampu menghasilkan gelombang yang besar”. Pernyataan ini meneguhkan bahwa gerakan Never Okay Project dalam memberikan edukasi tentang pelecehan seksual dan pedoman mengatasi para penyintas semakin kuat.
Dengan demikian, Never Okay Project (NOP) dan seluruh komunitas cinematic yang berjuang menciptakan tempat kerja yang bebas dari pelecehan seksual akan selalu bersinergi. Melalui Nongkrong Bareng Never Okay Project ini diharapkan setiap industri sadar betapa penting dari tempat kerja yang nyaman dan aman.
Baca juga: Cerita Para Penyintas Pelecehan Seksual di Berbagai Industri
Penasaran diskusi mendalam kami terkait pelecehan seksual di industri film? Selengkapnya ada di YouTube kami
Dilaporkan oleh Eunike Pangaribuan