“Laki-laki harus sadar dan mau belajar”
30 April, 1 hari menuju Hari Buruh.
Relasi gender sampai sekarang menjadi salah satu penyebab utama yang membuat perempuan lebih rentan terhadap pelecehan seksual, termasuk pelecehan seksual di tempat kerja. Tim Never Okay Project menemui Syaldi Sahude, pendiri Aliansi Laki Laki Baru yang dikenal dengan upayanya mendukung gerakan perempuan untuk kesetaraan dan keadilan. Syaldi kemudian berbagi seputar perjalannya melawan nilai-nilai patriarki yang sebelumnya ia anut sampai kemudian bergerak bersama ALB melalui kampanye-kampanye yang sering menyasar kepada laki-laki.
Menyadari bahwa dalam kasus pelecehan dan kekerasan berbasis gender, laki-laki seringkali menjadi pelaku ataupun bagian dari silent majority, Syaldi percaya bahwa usaha mengedukasi laki-laki sama pentingnya dengan pemberdayaan perempuan.
Syaldi mengakui kenyataan bahwa perempuan selalu dieratkan dengan peran-peran domestik menjadi salah satu hambatan dalam mengejar karier. Bahkan dalam peraturan perundang-undangan sekalipun, ada penekanan kedudukan perempuan sebagai ibu rumah tangga. Perempuan pekerja biasanya hanya dianggap membantu peran laki-laki. “Banyak perempuan yang akhirnya harus mengorbankan karier demi rumah tangga”. Dalam beberapa penugasan kerja, pekerja perempuan kerap tidak menjadi pilihan utama karena dianggap akan sulit untuk mengimbangi karier dan tanggung jawab domestiknya.
Gerakan perempuan yang saat ini semakin lantang menunjukkan kemajuan dalam pemberdayaan perempuan, termasuk dalam upaya menghapuskan pelecehan seksual di tempat kerja. Adanya normalisasi bentuk-bentuk pelecehan seperti , seperti panggilan “sayang”, sentuhan, serta flirting bisa dilawan dengan edukasi kepada laki-laki. “Laki laki harus sadar, dan mau belajar” tambahnya menekankan.
Menurut Syaldi, sebagai laki-laki, langkah pertama yang perlu diambil adalah mengakui tentang kekeliruan nilai yang dipercaya, terutama jika pernah menjadi pelaku. Setelah itu, dibutuhkan komitmen laki-laki untuk tidak melakukan pelecehan dan kekerasan seksual.
Selain edukasi terhadap laki-laki, Syaldi menegaskan juga pentingnya mekanisme dan kebijakan mengenai pelecehan seksual di perusahaan. “Banyak perusahaan melihat pelecehan seksual yang terjadi sebagai aib yang harus ditutupi”, katanya menjelaskan. Padahal, dengan adanya kebijakan yang dijalankan dengan baik, selain melindungi dan memenuhi hak pekerja, juga dapat membuat citra baik bagi perusahaan. Harapannya, tempat kerja bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk semua orang.