Saya seorang karyawati di salah satu PT perakitan motor di jakarta. Bisa dibayangkan di situ rekan-rekan kerja dan partner saya kebanyakan lawan jenis. Perempuan hanya 10%nya saja. Saya pun seorang perantau, jadi saya tinggal di kost’an.
Kejadian dimulai sejak partner kerja yang sudah 1.5 tahun saya kenal, sebut saja S yang saya kenal di tempat kerja baik dan alim main ke kostan saya. Pada waktu itu saya merasa tidak ada yang aneh dengan tingkah lakunya. Waktu dia mainpun siang hari dan pintu kost saya buka lebar-lebar. Kebetulan rumah pemilik kost juga tepat di depan kamar kost saya. Saya pun merasa aman-aman saja. Obrolan pun kita obrolin masalah kerjaan masing-masing karena sekarang kita sudah tidak berpartner lagi dalam kerjaan.
Waktu itu hujan turun jadi dia menunda waktu pulang sampe jam 2.30 siang. Pada waktu akan pulang dia tiba-tiba ikut membereskan camilan-camilan yang saya hidangkan ke dapur. Saya pun mengikutinya ke arah dapur dan bilang tak usah repot-repot membereskan. Dia tampak tidak keberatan dan setelah dia selesai tanpa saya sadari sebelumnya dia mendorong saya masuk ke kamar mandi. Mendorong sampe ketembok dan langsung mencium bibir saya. Saya sontak kaget dan berusaha melawan walaupun badan saya kalah besar dan tenaga saya tidak cukup kuat. Saya berusaha melawan dan mengelak sampai akhirnya dia melepaskan ciuman tersebut.
Saya kaget, takut, tak percaya. Image alim dan kalem yang selama ini dia bangun ternyata sifat aslinya begitu. Setau saya dia punya pacar, dan pacarnya bahkan lebih cantik dari saya. Seketika saya marah dan takut lalu saya usir dia dari kost saya, dia hanya bilang “Kamu jangan marah dong, senyum kenapa?” Sambil memegangi tangan saya.
Saya suruh dia pulang lalu dia berkata, “Maaf ya yang tadi. Tapi bisa tidak kamu tidak bercerita ke siapa-siapa?” permintaan maaf yang tidak ada tampang sesal sedikit pun. Saya merasa jengkel, karena saya sendiri perempuan yang menghindari yang namanya pacaran, saya pun sudah berusaha menutup diri sesuai syariat islam, dan saat menemui dia pun saya membuka pintu lebar-lebar agar tidak menimbulkan fitnah. Saya takut, karena pelaku masih lingkungan teman saya sendiri. Sejak kejadian itu saya block semua kontaknya. Saya benar-benar merasa takut kalau-kalau dia datang lagi dan bertindak yang lebih jauh. Saya sampai merasa trauma, dan masih terbayang kejadian itu sampai sekarang